Catatan 13


Hari ini aku bertemu lagi dengannya, dan entah mengapa, perasaan itu tumbuh kembali tanpa sadar. Sudah beberapa tahun berlalu sejak pertemuan pertama kami ketika kami masih mengenakan seragam putih abu-abu. Rambutnya, tatapannya, senyumnya—semuanya terasa begitu akrab, namun juga membawa sedikit rasa sakit ketika mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Meskipun begitu, aku tak ingin terlalu banyak mengingat masa itu.

Entah mengapa, selalu ada keinginan kuat dalam diriku untuk bertemu dengannya setelah sekian lama. Ada sesuatu pada dirinya yang tetap tidak berubah, sikapnya yang misterius dan tak terduga, selalu membuatku penasaran. Caranya memandang sesuatu, menggali rasa ingin tahu, dan melihat detail yang tak pernah kusadari sebelumnya—semuanya tetap sama seperti dulu, saat aku pertama kali mengenalnya. Namun, ada sesuatu yang berbeda pada dirinya, dan aku tidak dapat mengidentifikasi apa itu.

Setelah beberapa pertemuan, aku semakin merasakan kegelisahan. Ia selalu mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak diketahuinya. Ia menceritakan tentang masa laluku dengan detail yang hanya aku yang tahu. Bahkan, ia tahu tentang peristiwa yang hanya ada dalam pikiranku. Hatiku berdebar-debar dan pikiranku terus berputar-putar, mencoba mencari jawaban atas misteri ini.

Kemudian, suatu malam yang kelam, aku menerima sebuah pesan darinya. Pesan itu berisi sebuah foto. Ketika aku membuka foto tersebut, tubuhku terasa kaku dan napasku tersengal. Foto itu menampilkan kami berdua, tapi ini bukan foto dari masa lalu. Ini adalah foto kami sekarang, diambil beberapa jam yang lalu.

Aku merasa kebingungan dan ketakutan. Bagaimana bisa ada sebuah foto yang diambil hari ini, tapi menampilkan kami berdua seperti di masa lalu? Apakah ini mungkin hanya kebetulan atau ada yang lebih mengerikan di baliknya?

Ketika aku bertanya padanya tentang foto tersebut, dia hanya tersenyum misterius. Lalu, dia membisikkan sesuatu yang membuat bulu kudukku merinding. “Kita sebenarnya sudah mati, tetapi kita terjebak dalam siklus yang tak pernah berakhir. Kita terjebak dalam kehidupan ini, berulang-ulang, selamanya.”

Tidak ada kata yang bisa keluar dari mulutku. Aku terjebak dalam ketakutan dan kebingungan yang tak terhingga. Apakah ini mimpi buruk? Ataukah aku benar-benar terperangkap dalam dunia yang berputar-putar ini?

Dengan perlahan, dia menghilang dari hadapanku, seakan menyatu dengan kegelapan malam. Aku dibiarkan sendirian dengan pikiranku yang kacau dan perasaan ketakutan yang menghantui.

Hingga saat ini, aku masih terjebak dalam lingkaran kehidupan yang tak berakhir. Aku terus bertemu dengannya, dan setiap kali kita bertemu, perasaan itu tumbuh kembali. Apakah ada harapan untuk keluar dari siklus yang menyiksa ini? Ataukah aku akan terjebak selamanya, merasakan perasaan yang sama berulang-ulang tanpa akhir?

Sekarang, aku menyadari bahwa kehadirannya bukanlah sesuatu yang menggembirakan. Ia adalah hantu yang menghantui pikiranku dan menjebakku dalam dunia kegelapan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Dan mungkin, hanya maut yang bisa memutus siklus ini. Tapi aku bertanya pada diriku sendiri, apakah aku sanggup mengambil langkah terakhir itu? Apakah aku mampu menghadapi akhir yang mengerikan ini?

Dalam kegelapan yang menyeramkan, aku merenung dan mencari jawaban, tetapi kutemukan hanya ketidakpastian yang semakin menghantui.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *